Berhubung ingin membuat blog ini terlihat ramai dan penuh, aku mau ngasih reviewku yang sudah berbulan-bulan yang lalu ini. Sebenarnya hanya copas dari review goodreadsku.. haha. Maafkan pemilik blog yang malas ini ya.
Aku bersyukur tidak jadi menyia-nyiakan buku ini dengan meletakkannya di rak buku sebelum selesai kubaca. Untungnya ada yang memberi tahu kalau buku ini memiliki banyak nasihat di dalamnya. Sebelum ke halaman 300 aku memang merasa bosan dan berhenti di halaman ke 200 sekian. Novel menceritakan tentang kapal haji Blitar Holland di tahun sebelum Indonesia merdeka dan masih zaman penjajahan Belanda. Aku sendiri kurang suka sih sama deskripsi yang ditulis sama Tereliye di novelnya yang ini. Soalnya terlalu panjang, bertele-tele dan banyak yang menurutku perlu di buang karena tidak ada sangkut pautnya dengan cerita. 200 halaman pertama untuk mengenalkan tokoh dan suasananya saja. Memang sih, mungkin maksud penulis ingin menceritakan detail dari perjalanan haji zaman dulu dan bagaimana suasana saat penjajahan belanda tapi, itu sepertinya terlalu panjang.
Sampai di halaman 300an aku baru paham kenapa buku ini dibilang bagus. Di situ mulai bermunculan pertanyaan masalah kehidupan yang dihadapi oleh penumpang. Walaupun, setelah halaman itu pun aku melewatkan beberapa lembar yang menurutku ceritanya tidak penting. Terutama Anna dan Elsa yang mungkin digunakan sebagai pemanis cerita agar tidak bosan. Tapi.... hmmm.. menurutku itu 'iyuuuh', karena tidak menarik dan sebenarnya ceritanya ini kurang mendekati masa lalu. Terus, yang membuatku merasa cerita yang aku tidak suka itu benar-benar tidak penting adalah saat aku melewati hal2 itu aku masih tetap tahu isi ceritanya dan gak ada tuh proses membuka halaman yang kulewati sebelumnya karena merasa tidak jelas, walau aku melewati 2-3 halaman.
Oke, aku akan berhenti menghujat buku ini. Sekarang aku akan memberikan sisi positifnya. Di dalam buku ini menyimpan beberapa nasihat yang menurutku jawaban dari pertanyaan, 'Bagaimana cara agar hidup bahagia?'
Aku rangkum nasehat yang kudapatkan dari buku itu. Jawaban dari pertanyaan beberapa penumpang kapal Holland Blitar.
1. Berhentilah lari dari kenyataan hidup
2. Berhentilah cemas atas penilaian orang lain
3. Mulailah berbuat baik sebanyak mungkin
4. Berhentilah membenci orang lain karena kau sedang membenci diri sendiri.
5.Berikanlah maaf karena kau berhak atas kedamaian dalam hati.
6.Tutup lembaran lama yang penuh coretan keliru, bukalah lembaran baru.
7. Yakinilah yang terjadi adalah takdir Allah yang terbaik
8.Biarkan waktu menghadapi semua kesedihan.
9.Lihatlah penjelasan melalui kacamata yang berbeda
10. Jika keinginan belum tergapai, belum terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan belajar.
Ya, bang tere selalu bisa memasukan nasehat dalam setiap karyanya.
Aku bisa mendapatkan pemahaman yang cukup baik setelah membacanya. Terimakasih pada Gurruta yang memberikan banyak jawaban dan tentu saja pada bang Tereliye yang menciptakan tokohnya :)
Aku suka sekali dengan endingnya. Membuat jantungku bergetar saat membaca bab terakhir.Perjuangan ke tanah suci zaman dulu memang tidak semudah sekarang.
O ya ada satu lagi nasihat yang aku ambil. Ini tidak ada dalam jawaban pertanyaan kehidupan. Ini tentang nasionalisme. Aku membayangkan bagaimana para pahlawan berjuang membuat Indonesia merdeka, di sana mereka mempertaruhkan nyawa demi negara. Saat itu mereka rela mati demi membuat negeri kita tercinta bebas dari penjajahan. Bukan untuk diri sendiri karena mereka sudah tahu akan meninggal bila berperang nanti, akan terluka, tapi, demi orang yang mereka cintai. Demi anak cucu mereka. Mungkin, demi kita yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
Semoga para pejuang mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar