Judul : Girls in the dark
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerbit : Haru
Translator : Andry Setaiawan
Terbit : 2014
Tebal : 284 Halaman
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu...?
Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily.
Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Ya, Novel ini bercerita tentang seorang gadis yang mati dengan menggengam setangkai bunga lily. Entah mati atau bunuh diri. Dia adalah gadis menawan yang hampir sempurna. Semua orang tampak mengagumi dan menyayanginya. Dengan kematiannya, Klub sastra yang dia ciptakan terlihat sangat berkabung. Para anggota memiliki pemikiran dan analisa tentang kematian ketuanya itu. Hingga pada sebuah acara tahunan klub sastra yang bernama, yami-nabe, sebuah acara sedikit unik bin aneh dimana setiap anggota diwajibkan membawa barang higienis (bisa bukan bahan makanan) untuk dimasukan dalam sebuah sup, dan semua harus memakannya dalam gelap sambil mendengarkan karya yang ditulis oleh masing-masing anggota. Untuk mengenang kematian Shiraishi Itsumi maka, cerita pendek mereka harus menceritakan tentang gadis itu. Semua anggota pun maju satu persatu untuk membacakan karya mereka yang menjelaskan tentang cara dia bertemu dengan Itsumi, bagaimana mereka saling memperlakukan satu sama lain dan analisanya tentang kematian gadis cantik itu. Hanya saja cerita setiap anggota berseberangan satu sama lain, mereka menunjuk orang berbeda yang bisa dicurigai sebagai pembunuh atau sebab kematian Itsumi.
Cerita yang mengalir dengan indah dan membuat penasaran...
Apakah kehidupan akan jadi bermakna tanpa kita sendiri yang menjadi tokoh utamanya? Pasti akan sangat membosankan kalau kisah itu dibuat bukan untuk kita meskipun jalan ceritanya bagus dan konfliknya mendalam. -Itsumi-
Ini novel Akiyoshi Rikako kedua yang aku baca setelah The Dead Returns. Awalnya pengin baca ini dulu karena ini yang duluan terbit tapi, entah kenapa buku ini lupa kebeli terus dan belinya malah The Dead Retuns duluan. Kalau mau dibandingkan aku lebih suka ini banget. Aku hanya membacanya dalam semalam. Ya, walaupun sebenarnya 3 bab terakhir aku baca pas paginya tapi, aku memulainya menjelang tidur, jadi bisa dibilang semalam kan?
Aku suka sekali dengan gaya bahasanya yang ringan selain tehnik berceritanya yang memang unik. Penulis membuat semua tokoh bercerita dengan sudut pandang masing-masing. Kita jadi bisa tahu apa saja pikiran tokoh-tokoh itu. Yang walaupun di bab terakhir terbongkarlah bahwa tidak semua cerita mereka benar dan jujur. Sebenarnya membuat cerita dengan sudut pandang semua tokoh sudah banyak digunakan tapi, ide bahwa mereka semua menceritakan hal yang sebenarnya sama membuatnya terlihat unik. Apalagi mereka mengungkapkannya dengan sebuah cerita pendek yang mereka tulis sendiri. Ide yang brilliant. Awalnya aku kira hanya akan menjadi sebuah monolog seperti pidato yang dibacakan pertama kali oleh Sayuri tapi ternyata bisa dibuat seperti sebuah novel biasa. Aku benar benar kagum dengan tehniknya. Tidak tampak aneh dan mereka memang terlihat seperti membacakan cerita mereka masing-masing. Alur dan endingnya juga sangat bagus. Ending yang tidak terduga tapi, diharapkan. Sebenarnya aku sudah menduga kalau pembunuhnya adalah orang itu tapi, tidak menyangka kejadiannya seperti itu. Misteri yang sedikit mudah karena ini adalah novel jepang yang biasanya memang menyajikan teka-teki seperti ini, hanya saja rasa penasaran yang muncul karena setiap tokoh menceritakan dengan cara yang sangat bertentangan, membuat nafsu membaca menjadi mengebu. Kisah yang semula terlihat aneh akhirnya semua tampak jelas setelah membaca akhirnya. Walaupun konfliksnya tidak begitu kentara, dengan teknik yang unik itu maka novel ini jadi seru.
4,5 stars
Tidak ada komentar:
Posting Komentar