Hasil karya 2 penulis ini membuat aku selalu tersenyum ketika membacanya. Selain karena ceritanya yang bagus, penyampaiannya yang enak, kisahnya juga lagi 'aku banget'. Mungkin karena alasan yang terakhir, aku jadi melahap buku ini dengan cepat walaupun di minggu ujian dan di sela packing keluar kota. The quarter life crisis nya benar benar lagi menerjangku walaupun usia 25 masih ada sekitar 1,5 tahun lagi. Edyta seperti cerminan dari diriku yang ceroboh, selalu membuat berantakan dimana pun, dan termasuk keluarganya yang selalu ikut campur. Aku memang anak kedua dari tiga bersaudara tapi, entah kenapa aku jadi seperti anak bungsu karena adikku laki-laki. Bagaimana semua orang mengamatiku dan membuatku enggan melakukan hubungan yang lebih jauh tapi, aku malah selalu menceritakan setiap detailnya pada mereka. Sama seperti edyta, itu karena aku menyayangi mereka. Aku selalu meminta pendapat pun itu hanya karena aku ingin menganggap mereka ada. Perbedaanku dan edyta adalah aku yang tidak memiliki trauma apapun dan ardiyanku belum juga datang haha.
Stop berbicara tentang aku.
Back to this book.
Konsep yang dibuat oleh penulisnya cukup unik karena mereka membuat cerita satu utuh sampai selesai, kemudian yang satu membuat cerita yang sama dengan sudut pandang yang berbeda tapi tetap tidak membuat bosan pembaca. Walaupun berharap kalau cerita kedua bisa menceritakan lebih lanjut tapi, membaca endingnya sama sekali tidak mengecewakan. Aku malah bisa merancang sendiri bagaimana kisah selanjutnya setelah akhirnya Edyta dan Ardiyan bertemu.
Nice story dengan nasehat yang mungkin sudah banyak disajikan di novel romance bahwa jodoh pasti bertemu dan jodoh bukanlah sesosok sempurna yang kita ingginkan tapi, seseorang yang kita butuhkan dan dapat melengkapi hidup kita. Walaupun dengan nasehat yang sudah mainstream tapi, tetap saja ceritanya tidak membuat kita mengatakan 'aaah basi. biasa.' mungkin karena penuturan dan alurnya yang ditata apik.
Kalau disuruh memilih antara kisah pertama dan kisah kedua aku lebih memilih kisah pertama karya mbak nina but, mas momoe juga tetap berhasil membuatku menikmati karyanya. Ardiyan punya kesempurnaan yang sekaligus bisa disulap sebagai kekurangannya, bukan tokoh malaikat yang terlalu sempurna.
4,5 of 5 star