To : My wonderwall
Hai,
Kamu pasti tidak tahu kalau aku menyebutmu Wonderwall-ku.
Ini memang rahasiaku.
Ya, kamu selalu ada di pikiranku.
Aku menulis surat ini agar setidaknya pikiranku terbebas darimu.
Kadang aku merasa kehampaan hati dan pikiran lebih baik.
Karena saat itu aku merasa bebas.
Bukannya aku tidak menyukai kehadiranmu dalam hidupku.
Aku kadang bersyukur kau telah datang dan mewarnai hidupku.
Hanya saja, lama-lama pikiranku menjadi terbang ke mana-mana.
Semua tentangmu menjadi buruk dalam benakku.
Mungkin pikiran manusia dengan alami mencetak bayangan yang negatif jika terus melakukan analisa.
Jadi aku lebih baik tidak usah memikirkan apa-apa tentangmu.
Namun, melakukannya begitu sulit.
Kamu selalu ada di pikiranku tiap milisecond.
Aku pernah menyangka bila kita tidak saling mengobrol maka dengan begitu kamu akan pergi dari pikiranku.
Nyatanya, aku malah semakin rindu dan tetap saja kamu merekat erat dalam otakku.
Membuatku semakin sesak.
Yang lebih tidak menyenangkan adalah saat kamu menghilang, aku bukannya tidak lagi memikirkanmu.
Aku malah asyik menganalisa alasan kenapa kamu tidak hadir hari ini.
Aku tidak akan memberikan surat ini padamu.
Karena aku bahkan bukan siapa-siapa.
Aku hanya menulisnya dengan harapan agar saat pikiranku berubah menjadi tulisan setidaknya kamu yang ada dalam pikiranku bisa berkurang setengahnya.
Salam,
'Teman'-mu
Untuk #30HariMenulisSuratCinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar